Profil Desa Langgongsari

Ketahui informasi secara rinci Desa Langgongsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Langgongsari

Tentang Kami

Profil Desa Langgongsari, Cilongok, Banyumas. Temukan inovasi Pasar Pring-Pringan, sebuah pasar tematik di kebun bambu yang menjadi pusat kuliner tradisional, pemberdayaan UMKM, dan motor penggerak ekonomi kreatif desa.

  • Inovator Pasar Tematik

    Desa Langgongsari merupakan pelopor pasar tematik "Pasar Pring-Pringan," sebuah konsep unik yang memadukan wisata kuliner, alam, dan budaya di dalam rimbunnya kebun bambu.

  • Pusat Pemberdayaan Ekonomi Komunitas

    Inisiatif pasar ini berhasil menjadi mesin ekonomi yang memberdayakan puluhan UMKM lokal, menciptakan sirkulasi ekonomi yang kuat di tingkat desa melalui sistem transaksi yang khas.

  • Pelestari Budaya dan Kuliner Banyumasan

    Langgongsari secara aktif menjaga dan mempromosikan warisan budaya, terutama kuliner tradisional Banyumas yang nyaris terlupakan, dan menyajikannya kembali kepada masyarakat luas.

Pasang Disini

Di saat banyak desa berlomba menonjolkan potensi alam konvensional, Desa Langgongsari di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, memilih jalan berbeda. Desa ini melesat menjadi buah bibir dan destinasi favorit berkat sebuah inovasi brilian yang lahir dari kreativitas komunitas: Pasar Pring-Pringan. Bukan sekadar pasar, ini merupakan sebuah konsep ekowisata kreatif yang berhasil menyulap kebun bambu (dalam bahasa Jawa: pring-pringan) menjadi pusat kuliner, budaya dan perputaran ekonomi yang dinamis.

Langgongsari menjelma menjadi bukti nyata bahwa inovasi tidak selalu membutuhkan teknologi canggih atau modal raksasa. Dengan menggali kembali akar tradisi, memberdayakan potensi lokal, dan mengemasnya secara cerdas, desa ini berhasil menciptakan sebuah magnet sosial dan ekonomi yang kuat. Kisah Langgongsari ialah tentang visi, eksekusi, dan semangat komunal yang mengubah lahan biasa menjadi sumber inspirasi dan kesejahteraan bagi warganya.

Letak Geografis dan Potret Demografi

Desa Langgongsari terletak di wilayah administratif Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari jalan utama Purwokerto-Ajibarang membuatnya relatif mudah diakses oleh pengunjung dari berbagai daerah. Desa ini memiliki luas wilayah sekitar 3,11 kilometer persegi (311 hektar).

Berdasarkan data kependudukan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Langgongsari dihuni oleh 8.021 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, yakni sekitar 2.579 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya secara tradisional berprofesi di sektor pertanian, namun kini banyak yang beralih menjadi pelaku UMKM dan wirausaha seiring dengan berkembangnya inisiatif ekonomi kreatif di desa.

Topografi desa ini berupa dataran rendah hingga perbukitan landai, dengan lahan subur yang cocok untuk pertanian padi serta area-area yang ditumbuhi rumpun bambu lebat, yang kemudian menjadi aset utama dalam pengembangan wisata desa.

Pasar Pring-Pringan: Jantung Inovasi dan Ekonomi Desa

Pasar Pring-Pringan merupakan mahakarya dan ikon utama Desa Langgongsari. Inisiatif yang digerakkan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini telah mengubah wajah desa secara fundamental.

Konsep Unik dan Atmosfer Khas

Beroperasi pada hari pasaran Jawa tertentu (biasanya Minggu Wage atau Minggu Pon), pasar ini menawarkan pengalaman yang berbeda dari pasar modern. Berlokasi di bawah kerindangan rumpun bambu, suasana yang tercipta sangat sejuk, alami, dan fotogenik. Para pedagang menempati lapak-lapak sederhana yang terbuat dari bambu, dan pengunjung diajak untuk menikmati suasana pedesaan yang otentik.

Mekanisme Transaksi dengan "Keping Pring"

Salah satu daya tarik utamanya ialah sistem transaksi yang unik. Pengunjung tidak menggunakan mata uang Rupiah secara langsung untuk membeli makanan atau minuman. Mereka harus terlebih dahulu menukarkan uang mereka dengan koin khusus yang terbuat dari bambu, yang disebut "Keping Pring". Satu keping biasanya bernilai setara dengan Rp2.000,-. Sistem ini tidak hanya menambah keunikan pengalaman, tetapi juga memudahkan kontrol transaksi dan memastikan perputaran uang terjadi sepenuhnya di dalam ekosistem pasar.

Surga Kuliner Tradisional Banyumasan

Pasar Pring-Pringan sejatinya merupakan sebuah festival kuliner tradisional. Di sini, pengunjung dapat menemukan puluhan jenis jajanan pasar dan masakan khas Banyumas yang sebagian sudah jarang ditemui, seperti ciwel, cenil, grontol, gethuk, sega nyangku (nasi yang disajikan dalam daun), aneka sate, dan minuman tradisional. Semua produk yang dijual merupakan hasil olahan warga desa, menjamin keaslian rasa dan kualitas.

Fondasi Ekonomi Agraris dan UMKM yang Berkembang

Meskipun Pasar Pring-Pringan menjadi sorotan utama, fondasi ekonomi Desa Langgongsari tetap bertumpu pada sektor agraris yang telah menghidupi masyarakat selama beberapa generasi. Lahan persawahan yang membentang menjadi sumber utama produksi padi untuk ketahanan pangan.

Kehadiran pasar inovatif ini telah memicu gelombang kewirausahaan baru. Banyak ibu rumah tangga dan pemuda yang sebelumnya hanya bertani, kini menjadi pelaku UMKM yang aktif. Mereka memproduksi aneka makanan, minuman, dan kerajinan tangan untuk dijual di pasar. Fenomena ini menunjukkan bagaimana sebuah program yang dirancang dengan baik dapat mengaktifkan potensi ekonomi yang terpendam di dalam komunitas, menciptakan lapisan ekonomi baru di atas fondasi agraris yang sudah ada.

Tata Kelola Inovatif dan Pemberdayaan Masyarakat

Keberhasilan Pasar Pring-Pringan tidak lepas dari peran tata kelola yang visioner dari Pemerintah Desa dan BUMDes Langgongsari. Mereka tidak hanya bertindak sebagai inisiator, tetapi juga sebagai fasilitator yang menyediakan ruang, melakukan pembinaan, dan merancang strategi promosi.

Model bisnis yang diterapkan sangat pro-rakyat. BUMDes menyediakan lapak dan infrastruktur dasar, sementara warga fokus pada produksi. Sistem bagi hasil atau sewa yang ringan memastikan bahwa keuntungan terbesar dinikmati langsung oleh para pedagang. Keberhasilan ini menjadi studi kasus yang sering dirujuk oleh desa-desa lain di Indonesia yang ingin mengembangkan potensi serupa. Secara sosial, pasar ini telah berhasil menjadi ruang interaksi publik, memperkuat ikatan komunal, dan menumbuhkan rasa bangga sebagai warga Desa Langgongsari.

Sejarah dan Filosofi Nama Langgongsari

Nama "Langgongsari" memiliki filosofi yang dalam. Ia berasal dari dua kata, yaitu langgeng yang berarti abadi atau lestari, dan sari yang berarti inti atau bunga. Secara harfiah, Langgongsari dapat diartikan sebagai "inti sari yang lestari".

Filosofi ini secara tidak langsung tercermin dalam denyut nadi desa saat ini. Melalui Pasar Pring-Pringan, masyarakat Langgongsari seolah tengah menjalankan misi "melanggengkan sari" kebudayaan Banyumas. Mereka mengambil inti sari dari tradisi kuliner dan kearifan lokal, lalu menyajikannya kembali dalam bentuk yang relevan dan menarik bagi generasi sekarang, memastikan bahwa warisan tersebut tetap hidup dan lestari.

Tantangan Keberlanjutan dan Visi Masa Depan

Di balik kesuksesannya, Desa Langgongsari menghadapi sejumlah tantangan untuk masa depan. Pertama, menjaga keberlanjutan dan kebaruan konsep agar pengunjung tidak merasa jenuh. Diperlukan inovasi berkelanjutan, baik dalam variasi produk maupun atraksi pendukung.

Kedua, manajemen pengunjung dan lingkungan. Popularitas yang tinggi berisiko menimbulkan masalah kepadatan, parkir, dan terutama pengelolaan sampah. Komitmen terhadap konsep ramah lingkungan harus terus dijaga dan ditingkatkan.

Ketiga, regenerasi pelaku usaha dan pelestari budaya. Memastikan bahwa generasi muda tertarik untuk melanjutkan usaha kuliner tradisional dan memahami nilai budayanya merupakan tantangan jangka panjang.

Visi ke depan Desa Langgongsari ialah untuk mengukuhkan posisinya sebagai destinasi desa wisata kreatif unggulan. Rencana pengembangan dapat mencakup pembuatan paket-paket wisata edukasi (misalnya, belajar memasak kuliner lokal), pengembangan produk UMKM agar bisa dipasarkan secara daring, serta memperkuat branding desa secara lebih luas.

Desa Langgongsari telah memberikan pelajaran berharga. Ia menunjukkan bahwa dengan kreativitas, kolaborasi, dan kemauan untuk menghargai warisan sendiri, sebuah komunitas dapat menciptakan gelombang perubahan positif yang tidak hanya menyejahterakan secara ekonomi, tetapi juga memperkaya jiwa dan budaya.